Selasa, 09 Juni 2009

Dugaan Polisi Diintervensi Dalam Kasus Antasari Semakin Kuat









Ketua KPK Antasari Azhar

Penyidikan kasus pembunuhan Direktur Utama PT Putra Rajawali Banjaran Nasrudin Zulkarnaen belum juga menemukan motif yang jelas. Saat ditanya mengenai kejelasan kasus tersebut, polisi selalu menghindar.

Indonesia Police Watch (IPW) menilai hal tersebut disebabkan oleh intervensi dari orang yang memiliki kekuasaan. “Oleh karena itu, sejak awal polisi mengalami kebingungan, kasus ini mau diarahkan ke mana. Ini disebabkan adanya intervensi kekuasaan kepada kepolisian dan intervensi itu diakomodasi oleh pimpinan polisi,” kata Ketua Presidium IPW Neta S Pane kepada wartawan, Jakarta, Rabu (27/5).

Menurut dia, intervensi ini terlihat ketika polisi meminta Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan memeriksa rekening Ketua KPK nonaktif, Antasari Azhar, dan tersangka lainnya dalam kasus ini. Padahal, lanjut Neta, polisi mengatakan, kasus ini kriminal murni.

Sementara itu, hingga sekarang, istri ketiga Nasrudin, Rani Juliani, dan Kapolri belum diperiksa ke Polda Metro Jaya. “Dulu, Rani sempat diperiksa, tapi di Polres Tangerang,” tuturnya.

Selain itu, kata dia, hingga saat ini polisi belum melakukan rekonstruksi.

Namun, dia tidak bersedia berkomentar apakah pengintervensi ini berasal dari pihak kepolisian sendiri. Apalagi beberapa waktu lalu, pengacara salah satu tersangka (Edo), BMS Situmorang, mengatakan ada indikasi penghilangan nama Wiliardi Wizar (mantan Kapolres Metro Jakarta Selatan) dari rantai kasus tersebut. “Kami belum bisa menganalisis sampai ke situ,” tuturnya.

Polisi didesak melakukan rekonstruksi kasus pembunuhan Direktur Putra Rajawali Banjaran, Nasrudin Zulkarnaen. Alasannya, menunjukkan kepada publik bahwa tidak ada mata rantai yang putus dalam kasus ini. Sebab, belakangan muncul kecurigaan, polisi bakal membebaskan tersangka Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) nonaktif, Antasari Azhar; Komisaris Utama PT Pers Indonesia Merdeka, Sigid Haryo; dan mantan Kapolres Metro Jakarta Selatan (Jaksel), Kombes Wiliardi Wizar.

”Kami berpendapat, sampai sekarang polisi masih bekerja obyektif. Tetapi, karena belakangan muncul kecurigaan bahwa tersangka, AA, SH, dan WW bakal dibebaskan, maka kami, keluarga korban, mendesak polisi melakukan rekonstruksi kronologis kasus pembunuhan ini,” ujar pengacara keluarga korban, Boyamin Saiman kepada wartawan, Selasa (26/5).

Dia berpendapat, sebelum menyerahkan seluruh berkas ke kejaksaan, polisi sebaiknya melakukan rekonstruksi terbuka bagi publik. Dengan demikian, langkah tersebut bisa meredam kecurigaan publik terhadap kerja polisi.

”Polisi harus terbuka dan bekerja profesional. Salah satu cara membuktikan hal itu adalah dengan melihat, bagaimana polisi melakukan rekonstruksi,” ucap Boyamin.

BAP tak berubah

Hal senada disampaikan BMS Situmorang, pengacara tersangka Eduardus Ndopo Mebete alias Edo (38). ”Bagi klien kami, rekonstruksi sangat penting. Dengan adanya rekonstruksi, pengakuan para tersangka tak bisa lagi berubah-ubah,” ucapnya.

Situmorang menjelaskan, Senin (25/5) pukul 14.00-21.00, Edo diperiksa. Dalam pemeriksaan itu, kliennya menegaskan tidak mengubah pengakuan hasil serangkaian pemeriksaan sebelumnya yang sudah ditulis dalam berita acara pemeriksaan (BAP), Senin (11/5).

”Dalam pemeriksaan tersebut, klien saya menegaskan, tersangka WW terlibat kasus pembunuhan ini. Intinya, WW memerintahkan agar klien saya melakukan ‘tindakan tertentu’ terhadap korban. Untuk itu, WW telah menyerahkan uang Rp 500 juta kepada klien saya,” ujar Situmorang.

Ia memaparkan, pada pertengahan Februari 2009, Edo dihubungi tersangka Jerry Hermawan (bukan Kusmawan seperti ditulis sebelumnya). Jerry adalah ketua umum sebuah organisasi massa, sedangkan Edo adalah ketua cabang DKI organisasi tersebut. Jerry mengatakan, ada tugas negara yang harus dilakukan Edo.

Sambil memberikan alamat dan foto Nasrudin serta foto mobil Nasrudin kepada Edo, Jerry mengatakan, pria dalam foto tersebut berniat menggagalkan pemilu. Oleh karena itu, ia harus dibereskan sebelum pemilu berlangsung.

Keesokan harinya, Jerry, Edo, dan Wiliardi bertemu di Hailai, Ancol, Jakarta Utara (Jakut). Dalam pertemuan tersebut, Wiliardi mengulang kembali penjelasan Jerry kepada Edo. Setelah itu, Wiliardi dan Edo beberapa kali bertemu. Terakhir, keduanya bertemu di depan Cilandak Town Square, Jaksel. Di tempat itu, Wiliardi menyerahkan uang Rp 500 juta kepada Edo.

Sebelumnya, Situmorang menyampaikan kecurigaannya kepada penyidik yang diduga tidak akan melibatkan Wiliardi dalam kasus ini. Caranya, Edo dan empat tersangka lainnya, Heri Santosa (34), Hendrikus Kia Walen (37), Fransiskus Tadon Kerans (38), dan Daniel Daen, tanpa pendampingan pengacara, dikumpulkan dalam satu ruangan dan dikondisikan untuk tidak melibatkan Wiliardi.

Kejanggalan demi kejanggalan dalam proses pemeriksaan para tersangka kasus ini semakin terlihat, dan mumbuat opini publik seakan melihat kinerja kepolisian yang harusnya independen menjadi tidak independen. Referensi Acuan: Kompas

'Motocross Bisa Terkenal, Asal...'

Makassar - Sukses penyelenggaraan event International Motocross Championship 2009 membuat Ketua Panitia Alfonsus Judiarto yakin kejuaraan ini bisa dikenal publik, namun dengan satu syarat. Apa?

Even motocross yang diadakan dari tanggal 23-24 Mei 2009 di Sirkuit Puncak Mario, Sidrap, Sulawesi Selatan mendatangkan sukses besar dari sisi penonton.

Dari pantauan Detiksport, para penonton yang datang ke arena sirkuit sangat banyak dan membludak. Antrian panjang kendaraan pun terlihat saat usai lomba. Akses keluar masuk yang hanya satu pintu pun membuat lama antrian keluar sekitar 1,5 jam lebih.

Judiarto puas akan animo penonton yang begitu besar pada seri kali ini. Namun akan lebih baik kalau ada dukungan dari pemerintah daerah, khusunya dinas pariwisata.

"Saya optimis kejuaraan ini makin terkenal. Namun selama ini kurang dukungan dari pemerintah, terutama dinas pariwisata. Kalau ini bisa dilakukan, bakal menguntungkan banyak pihak, termasuk warga sekitar. Coba saja lihat banyak kan warga yang berjualan saat lomba dan itu menguntungkan pastinya," ungkap Judiarto kepada wartawan usai lomba.

"Dan kali ini pun saya rasa merupakan event tersukses yang pernah diselenggarakan jika dilihat dari jumlah penonton," lanjutnya merujuk pada angka 70 ribu penonton yang hadir saat hari perlombaan.

Terakhir ketika disinggung soal hadiah yang akan diberi pada pemenang kejuaraan tahun ini, Judiarto dengan enteng menjawabnya. "Kalo soal hadiah, itu suprise lah.Pastinya lebih besar dari yang tahun sebelumnya," pungkas pria yang menjabat Ketua Pengprov IMI DKI Jakarta.

sumber : www.detiksport.com ( key / din )